Saturday, 27 April 2013
cari lowongan kerja lewat sms
Sunday, 21 April 2013
HMJ MANAJEMEN TURUT BERPARTISIPASI DALAM MALANG MENYALA
Acara Malang Menyala dimulai pada pukul 08.30 WIB. Dan tanpa basa-basi acara talkshow langsung dibuka dengan 2 narasumber dari para pengajar muda yang pertama adalah Mbak Shinta dan yang kedua Mas Yohannes Kinskij (Kiki), dilanjutkan oleh Mbak Endah Retno Palupi yang bertindak sebagai ketua pelaksana PYS2013, dan tak ketinggalan juga sebagai narasumber adalah Eyang Wiwik yang mana beliau adalah praktisi pendidikan sekaligus founder Sanggar Cendekia.
Selama talkshow berlangsung, Mbak Shinta atau Mas Kiki menceritakan bagaimana pengalaman mereka selama satu tahun menjadi pengajar muda di daerah yang sangat minim sarana prasarana. Adapun Mbak Shinta yang ditempatkan di pedalaman Kalimantan, ia mengungkapkan kalau ditempat mengajarnya itu lumayan jauh dari pemukiman warga dan perlu diketahui juga kalau di desa tersebut hanya ada 1 sekolah dimana Mbak Shinta bertugas sebagai pengajar muda. Sedangkan, Mas Kiki menceritakan pengalaman menariknya selama menjadi pengajar muda di daerah Sangihe, Sulawesi Utara. Ia bercerita kalau jarak tempuh antara sekolah dan pemukiman warga kurang lebih sekitar 4 jam. Jadi, kalau mau ke sekolah harus berangkat lebih awal atau setelah shubuh. Ia juga sempat mengalami kendala dengan para orang tua dari murid-murid yang diajarnya. Para orang tua beralasan, lebih baik anaknya untuk bekerja saja daripada harus susah payah berangkat ke sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut, Mas Kiki, Kepala sekolah dan para orang tua sepakat untuk mencari solusi yang terbaik asal anak mereka tetap bisa sekolah.
Setelah Mbak Shinta dan Mas Kiki menceritakan pengalamannya menjadi pengajar muda, talkshow dilanjutkan oleh Mbak Endah Palupi (Upi). Ia menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari berdirinya Malang Menyala dan yang memotivasinya untuk terus mengembangkan Malang Menyala ke depannya nanti. Secara garis besar dapat disimpulkan, bahwa Malang Menyala merupakan perpanjangan tangan atau cabang dari Indonesia Menyala yang sebelumnya diprakarsai oleh Gerakan Indonesia Mengajar. Indonesia Menyala bergerak pada program pengembangan perpustakaan yang berada di daerah pelosok negeri, yang tidak lain adalah dimana lokasi penempatan dari para Pengajar Muda dari Indonesia Mengajar.
Filosofi di balik nama Indonesia Menyala, menurut Bapak Anies Baswedan (pendiri Gerakan Indonesia Mengajar) adalah anak-anak desa yang menyala akal budinya karena membaca buku yang baik bersama para pengajar muda. Bagaikan ribuan dan jutaan lampu yang menyala, Indonesia menjadi menyala bukan hanya karena sumber daya alamnya tetapi juga karena sumber daya manusianya yang ikut menyalakannya.
Relawan yang tergabung dalam Malang Menyala disebut Penyala Malang. Penyala Malang adalah komunitas penyala yang berada di wilayah Malang dan sekitarnya yang akan mendukung gerakan Malang Menyala ini. Di sini, relawan atau donatur diajak untuk tidak hanya menyumbang buku dalam waktu sekali saja, namun akan dilakukan secara kontinyu atau secara terus menerus dan turut serta untuk memberikan ide atau kontribusi dalam bentuk yang lain. Pendistribusian hasil sumbangan, tidak hanya akan diberikan untuk program pengembangan perpustakaan di wilayah penempatan para pengajar muda saja, melainkan juga didistribusikan ke sekolah-sekolah maupun daerah-daerah yang membutuhkan terutama di wilayah Malang dan sekitarnya.
Cukup banyak kegiatan dalam pengumpulan buku maupun penggalangan dana yang ditujukan untuk bidang pendidikan, dalam hal ini adalah perpustakaan. Baik itu dilakukan secara individu atau oleh komunitas/LSM tertentu. Namun sangat disayangkan, kegiatan donasi tersebut kurang memperhatikan kebutuhan bahan bacaan yang sesuai, sehingga cakupannya menjadi kecil atau tidak merata ke semua perpustakaan yang membutuhkan bahan bacaan. Dalam pelaksanaannya juga kurang terpantau dan tidak ada keberlanjutan oleh para penyelenggaranya. Maka dari itu, Malang Menyala bertujuan untuk menjadi jembatan dalam mengatasi kesenjangan ini. Sehingga akan ada kesinergisan dalam pengumpulan donasi dan pemerataan dalam distribusi bantuan bahan bacaan. Tidak cukup sampai disitu, Malang Menyala juga akan turut memantau perkembangan atau efek dari donasi yang telah diberikan dengan adanya umpan balik atau feedback, baik dari donatur maupun dari pihak penerima, sehingga gerakan ini dapat berjalan secara berlanjut atau kontinyu.
Selesai penyortiran buku yang sesuai kategori, acara dilanjutkan dengan penyerahan secara simbolis yang dilakukan oleh perwakilan dari relawan kepada wakil dari Malang Menyala. Buku-buku hasil donasi tersebut kalau tidak salah akan dikirim ke wilayah penempatan Pengajar Muda di Paser-Kalimantan Timur dan Lebak-Banten.
Thursday, 18 April 2013
Mengapa Harus jadi Pengajar Muda?
Langkah Pertama Calon Sarjana
Pernahkan terbayang ketika suatu siang yang terik anda memegang sebotol air dingin yang jumlahnya terbatas, kemudian anda didatangi beberapa orang anak yang kehausan meminta seteguk air tetapi anda harus mengatakan “Maaf, air ini bukan untuk kamu..”
Seperti itulah perasaan saya ketika menjelaskan Beasiswa Bidikmisi kepada segerombolan anak SMA yang datang kerumah ibu piara saya malam ini. Perlu anda ketahui bahwa Bidikmisi adalah jenis beasiswa dari Kemdiknas yang diperuntukkan bagi siswa dengan potensi akademik baik namun tidak mampu secara ekonomi dengan besaran kuota tertentu untuk siswa yang direkomendasikan sesuai dengan perolehan akreditasi sekolah pemberi rekomendasi. Siswa-siswi yang datang malam ini berasal dari SMA Kurnia Jaya, satu-satunya sekolah menengah atas di desa kami.
2 hari menjelang batas akhir pendaftaran bidik misi sekitar pukul 20.30 WIB, saya hampir terlelap ketika adik piara mengetuk pintu kamar dan mengatakan bahwa ada sekelompok anak SMA mencari saya.
Mereka datang dari desa tetangga dengan basah kuyup menembus hujan. Wajah-wajahnya malu tersenyum simpul dan terlihat ragu ketika saya mempersilakan mereka masuk kedalam rumah, mungkin khawatir mengganggu atau kawatir tetesan air hujan dari pakaiannya yang basah mengotori lantai rumah.
“Ada yang bisa saya bantu?” ujar saya membuka pembicaraan. “Kami nak tanya mengenai beasiswa bidikmisi kak..” jawab salah satu dari mereka dengan nada ragu. Ya, perkiraan saya tepat sekali. Mereka haus informasi mengenai makhluk bernama bidikmisi tadi.
Ditengah penjelasan bidik misi dan SNMPTN jalur undangan, tetiba mereka bertanya “Kak, kuota apa?” mendadak tangan saya terasa dingin, “Jangan-jangan mereka belum tahu mengenai kuota siswa yang bisa didaftarkan adalah berdasarkan akreditasi sekolah?” tanya saya dalam hati. Saya khawatir sekali menjawab pertanyaan itu.
Ya! kenyataannya mereka memang datang dengan pengetahuan kosong mengenai program beasiswa bidikmisi ini, belum ada informasi detail yang mereka peroleh dari pihak sekolah. Dengan hati-hati saya menjelaskan hitungan kuota sekolah dengan akreditasi C tersebut. Hanya 15% dari 120 anak, artinya hanya peringkat kelas 1-6 yang berkesempatan.
“Kak, bagaimana dengan saya? tidak ada kesempatan beasiswa?” tanya Halim.
Dia adalah salah satu siswa yang tidak termasuk dalam kuota tersebut. Saya terdiam beberapa saat, berpikir keras mencari jawaban yang terbaik. Mata-mata mereka menatap cemas penuh harap. Saya sadar saya harus menjawab tidak, sesuai ketentuan yang diberikan panitia pusat.
Tapi saya bukan Tuhan yang berhak menentukan nasib mereka.
“Bisa..” jawab saya singkat.
“Tapi kami tidak masuk kuota kak, bagaimana?” lanjut salah seorang siswi yang saya tidak ingat namanya.
“Bisa, yang terpenting kamu mencoba, berusaha dan berdoa. Anggap saja undian berhadiah, kalau kamu lolos syukur alhamdulillah, kalau tidak lolos tahun ini masih bisa mencoba lagi tahun depan.. banyak jalan menuju Roma, kan?” jawab saya demikian.
Jawaban itu terdengar klise, namun mampu menyadarkan saya bahwa sesungguhnya mereka bukan tidak mau, mereka hanya tidak tahu.
Mendengar jawaban itu, senyum lebar menghiasi wajah mereka. Segera saya siapkan formulir dan daftar dokumen yang perlu dilengkapi esok hari. Pukul 23.45 WIB siswa-siswi ini pamit pulang, semangatnya diiringi hujan.
Esok harinya pukul 11 siang, salah satu siswa mendatangi saya ke sekolah dan mengatakan bahwa ia dan kawan-kawannya sudah stand by di kantor kelurahan sejak pukul 6 pagi demi mengurus segala dokumen yang diperlukan, yang tersisa hanya pengisian formulir dan rekomendasi dari sekolah.
28 Februari 2012, proses fasilitasi bidik misi selesai kami laksanakan.
Hari ini, sekelompok siswa-siswi dari daerah terpencil menguji nasib baiknya melalui beasiswa bidikmisi. Mata-mata mereka memancarkan bayangan masa depan yang lebih baik, semangatnya memberi energi baru untuk saya. Meski tidak ada sesuatu apapun yang bisa saya janjikan, saya selalu yakin bahwa Tuhan tidak pernah salah. Rejeki mereka tidak akan tertukar. Setipis apapun kemungkinan yang mungkin membayangi, harapan selalu ada beriring bersamaan. Setidaknya bagi mereka, tidak akan ada penyesalan yang timbul dalam hati karena tidak pernah mencoba.
Pengiriman formulir beasiswa bidikmisi ini adalah langkah pertama mereka menjadi sarjana—kemauan keras yang jadi energinya. Semoga Tuhan memudahkan jalan dan memunculkan kebaikan untuk mereka.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d 11)
By : Dhini Hidayati (TIM INDONESIA MENGAJAR)
Tuesday, 16 April 2013
ABOUT UANG
PERKENALKAN NAMAKU UANG !!!....
WAJAHKU BIASA SAJA, FISIKKU JUGA LEMAH, NAMUN AKU MAMPU MEROMBAK TATANAN DUNIA.
AKU JUGA "BISA" MERUBAH 'PERILAKU DAN BAHKAN SIFAT MANUSIA' KARENA
MANUSIA MENGIDOLAKAN AKU. BANYAK ORANG MERUBAH KEPRIBADIANNYA,¬¬¬
MENGKHIANATI TEMEN, MENJUAL TUBUH, BAHKAN MENINGGALKAN KEYAKINAN
IMANNYA, DEMI AKU!
AKU TDK
MENGERTI PERBEDAAN ORG SALEH DAN BEJAT, TAPI MANUSIA MEMAKAI AKU MENJADI
PATOKAN DERAJAT, MENENTUKAN KAYA MISKIN DAN TERHORMAT ATAU TERHINA.
AKU BUKAN IBLIS, TAPI SERING ORANG MELAKUKAN KEKEJIAN DEMI AKU.
AKU JUGA BUKAN ORG KETIGA, TAPI BANYAK SUAMI ISTRI PISAH GARA2 AKU. ANAK DAN ORANGTUA BERSELISIH GARA2 AKU.
SANGAT JELAS JUGA AKU BUKAN TUHAN, TAPI MANUSIA MENYEMBAH AKU SPT
TUHAN, BAHKAN KERAP KALI HAMBA2 TUHAN LEBIH MENGHORMATI AKU DRPD TUHAN,
PADAHAL TUHAN SUDAH PESAN JGN JADI HAMBA UANG..
SEHARUSNYA AKU MELAYANI MANUSIA, TAPI KENAPA MALAH MANUSIA MAU JADI BUDAKKU !?
AKU TDK PERNAH MENGORBANKAN DIRIKU UNTUK SIAPA PUN, TAPI BANYAK ORG RELA MATI DEMI AKU.
PERLU AKU INGATKAN, AKU HANYA BISA MENJADI ALAT BAYAR RESEP OBAT ANDA, TAPI TDK MAMPU MEMPERPANJANG HIDUP ANDA.
KALAU SUATU HARI ANDA DIPANGGIL TUHAN, AKU TDK AKAN BISA MENEMANI ANDA,
APALAGI MENJADI PENEBUS DOSA2 ANDA..., ANDA HARUS MENGHADAP SENDIRI DGN
SANG PENCIPTA LALU MENERIMA PENGHAKIMANNYA.¬¬¬...
SAAT ITU,
TUHAN PASTI AKAN HITUNG2AN DGN ANDA, APAKAH SELAMA HIDUP ANDA MENGUNAKAN
AKU DGN BAIK, ATAU SEBALIKNYA MENJADIKAN AKU SEBAGAI TUHAN ???
INI INFORMASI TERAKHIRKU:
AKU TIDAK ADA DI SURGA !!! JADI JANGAN CARI AKU DISANA YA.
by : HASAN ZUBAIDI (MANAJEMEN)
Pelantikan Pengurus OMIK 2013
Tuesday, 9 April 2013
Biografi Tirto Utomo - Pendiri Aqua
Selama dua tahun kuliah di Universitas Gajah Mada yang ada di Surabaya, dia mengisi waktu luang dengan menjadi wartawan Jawa Pos dengan tugas khusus meliput berita-berita pengadilan. Namun, karena kuliah tidak menentu, akhirnya Tirto pindah ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Di Jakarta sambil kuliah ia bekerja sebagai Pimpinan Redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna. Pada tahun 1954 selepas SMA di Malang, Lisa masuk Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Sambil kuliah, Lisa bekerja di British American Tobacco (BAT Indonesia). Maret 19555 Lisa gagal mengikuti ujian kenaikan tingkat dan kemudian memutuskan berhenti kuliah. Saat Lisa mengajar bahasa Inggris di Batu Ceper, menjadi guru SD Regina Pacis, dan menerima jasa penerjemahan dan pengetikan, Lisa dilamar Tirto dan mereka menikah pada 21 Desember 1957 di Malang.
Musibah datang pada tahun 1959. Tirto diberhentikan sebagai pemimpin redaksi Sin Po. Akibatnya sumber keuangan keluarga menjadi tidak jelas. Namun, akibat peristiwa itulah Tirto Utomo memiliki kemauan yang bulat untuk menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum UI. Sementara Lisa berperan sebagai pencari nafkah yaitu dengan mengajar dan membuka usaha catering, Tirto belajar dan juga ikut membantu istrinya. Pada Oktober 1960 Tirto Utomo berhak menyandang gelar Sarjana Hukum. Setelah lulus, Tirto Utomo melamar ke Permina (Perusahaan Minyak Nasional) yang merupakan cikal bakal Pertamina. Setelah diterima, ia ditempatkan di Pangkalan Brandan. Di sana, keperluan mandi masih menggunakan air sungai. Berkat ketekunannya, Tirto Utomo akhirnya menanjak karirnya sehingga diberi kepercayaan sebagai ujung tombak pemasaran minyak.
Kedudukan Tirto Utomo sebagai Deputy Head Legal dan Foreign Marketing membuat sebagian besar hidupnya berada di luar negeri. Pada usia 48 tahun, Tirto Utomo memilih pensiun dini untuk menangani beberapa perusahaan pribadinya yakni AQUA, PT. Baja Putih, dan restoran Oasis. Aqua didirikan dengan modal bersama adik iparnya Slamet Utomo sebesar Rp 150 juta. Mereka mendirikan pabrik di Bekasi tahun 1973 dengan nama PT. Golden Mississippi dan merek produksi Aqua. Karyawan mula-mula berjumlah 38 orang. Mereka menggali sumur di pabrik pertama yang dibangun di atas tanah seluas 7.110 meter persegi di Bekasi. Setelah bekerja keras lebih dari setahun, produk pertama Aqua diluncurkan pada 1 Oktober 1974.
Bagaimana nama Aqua ini terbentuk? Desainer Singapura yang merancang logonya mengusulkan nama Aqua. Kata Eulindra Lim, sang desainer tersebut, Aqua mudah diucapkan dan mudah diingat selain bermakna ‘air’. Aqua sebenarnya bukan nama asing baginya. Dia sendiri sering memakai nama samaran ‘A Kwa’ yang bunyinya mirip dengan ‘Aqua’ semasa masih menjadi pemimpin redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna di akhir tahun 1950. Nama A Kwa sendiri diambil dari nama aslinya yaitu Kwa Sien Biauw sedangkan nama Tirto Utomo mulai dipakainya pertengahan tahun 1960-an yang tidak sengaja diambil yang berarti ‘air yang utama’.
“Dulu bukan main sulitnya. Dikasih saja orang tidak mau. ‘Untuk apa minum air mentah’, itulah celaan yang tak jarang kami terima,” ujar Willy Sidharta. Saat itu minuman rignan berkabonasi seperti Cola Cola, Sprite, 7 Up, dan Green Spot sedang naik daun sehingga gagasan menjual air putih tanpa warna dan rasa, bisa dianggap sebagai gagasan gila.
Hingga 1978 penjualan Aqua tersendat-sendat. Tidak heran bila Tirto Utomo sendiri mengakui hampir menutup perusahaannya karena sekitar lima tahun berdiri tetapi titik impas belum juga dapat diraih. Ia tidak tahan harus menombok terus menerus. Tetapi selalu ada rezeki bagi orang yang ulet dan tabah. Tirto Utomo bersama manajemennya akhirnya mengeluarkan jurus pamungkas dengan menaikkan harga jual hampir tiga kali lipat. Waktu itu ide ini bisa dibilang juga bisa dibilang ide gila. Masa, ketika dalam kesulitan keuangan, bukannya menurunkan harga agar para pelanggan berminat tapi malah menaikkan harga. Tirto sendiri sudah menyiapkan antisipasi sekiranya upaya itu bakal menyebabkan penurunan omset. Namun, pasar bicara lain. Omset bukannya menurun malahan terdongkrak naik. Agaknya orang menilai harga tinggi sama dengan mutu tinggi. Aqua pun mulai melayani segmen yang tertarik untuk berlangganan.
Pada tahun 1982, Aqua mengganti bahan baku (air) yang semula berasal dari sumur bor ke mata air pegunungan yang mengalir sendiri (self-flowing spring) karena dianggap mengandung komposisi mineral alami yang kaya nutrisi seperti kalsium, magnesium, potasium, zat besi, dan sodium. Salah satu pelanggannya yaitu kontraktor pembangunan jalan tol Jagorawi, Hyundai. Dari para insinyur Korea Selatan itu, kebiasaan minum air mineral pun menular kepada rekan kerja pribumi mereka. Melalui penularan semacam itulah akhirnya air minum dalam kemaasan diterima di masyarakat. Penampilan Tirto sehari-hari sangat sederhana, ramah, murah senyum, namun cerdas berpikir. Dalam hubungannya dengan bawahan, ia menganut gaya manajemen kekeluargaan dan mempercayai kemampuan karyawannya melalui sejumlah pengembangan dan pelatihan manajemen. Pada waktu itu biaya pengemasan dapat mencapai 65% dari biaya produksi. Melihat itu, Tirto Utomo kemudian menyetujui ide Willy untuk menggabungkan pabrik botol dengan bisnis air mineralnya yang bernama PT. Tirta Graha Parama.
Saat ini, keluarga Tirto Utomo bukan lagi pemegang saham mayoritas karena sejak tahun 1996 perusahaan makanan asal Prancis Danone menguasai saham mayoritas, sedangkan saham keluarga ‘tinggal’ 26 persen. Meskipun demikian, Willy Sidharta, yang merupakan anak kandung dari Tirto Utomo sendiri, memegang jabatan direktur dalam perusahaan tersebut. Pilihan bergabung dengan perusahaan multinasional diakui membuat langkah Aqua semakin lincah. Ketatnya persaingan industri air mineral menuntut upaya-upaya agresif. Sejak itu, terjadi perubahan besar dalam manajemen Aqua. Dalam produksi, Aqua juga melonjak tajam, dari 1 miliar liter sekarang mencapai 3.5 miliar liter. Aqua menguasai 40% pangsa pasar air mineral di dalam negeri.
“Banyak orang mengira bahwa memproduksi air kemasan adalah hal yang mudah. Mereka pikir yang dilakukan hanyalah memasukkan air kran ke dalam botol. Sebetulnya, tantangannya adalah membuat air yang terbaik, mengemasnya dalam botol yang baik dan menyampaikannya ke konsumen.” Kata Tirto Utomo.Tirto Utomo memang sudah wafat pada tahun 1994 namun prestasi Aqua sebagai produsen air minum dengan merek tunggal terbesar di dunia tetap dipertahankan sampai sekarang.
Referensi :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Tirto_Utomo
- http://sempurnaselalu.blogspot.com/2010/08/tirto-utomo-sang-inovatif-sejati-aqua.html
- http://www.kaskus.co.id/thread/5129388a1b76086a4900000d