OLEH : Prof. Dr. H. Imam Suprayogo
Menjadi seorang muslim sebenarnya agar hidupnya selamat dan bahagia, baik di dunia maupun di akherat. Agar selamat, maka orang harus beriman, beramal shaleh, dan berakhlak mulia, sebagaimana hal itu dicontohkan oleh Rasulullah. Seseorang disebut sebagai beriman manakala meyakini seyakin-yakinnya, bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Muhammad sebagai utusan-Nya.
Beriman kepada Tuhan dan mengakui kerasulan Muhammad disebut sebagai seorang mukmin. Namun keimanan itu harus ditunjukkan berupa perilaku yang kongkrit, misalnya sebagai seorang beriman harus saling mengasihi di antara sesamanya, harus menghormati tamu, menyelamatkan orang lain dari bahaya yang mengancamnya, menolong yang lemah dan sterusnya. Seorang beriman, meyakini adanya Allah dan kerasulan Muhammad tidak justru membuat orang lain sengsara.
Itulah sebabnya, seorang beriman harus mampu menjadi rakhmat bagi semuanya. Seseorang yang mampu memberi rakhmat adalah orang yang selalu memberi manfaat dan bukan justru sebaliknya. Rakhmat bagi seluruh alam artinya adalah selalu memberi keuntungan bagi semuanya, baik muslim maupun yang belum menjadi muslim. Siapapun tidak akan terganggu oleh karena keber-Islaman seseorang.
Akan tetapi, konsep ideal itu tidak terlalu mudah diimplementasikan. Tatkala seseorang sudah menjadi muslim, maka kadang jutru merasa, bahwa orang yang belum muslim dianggap sebagai orang lain dan bahkan musuh. Padahal seharusnya tatkala seseorang merasa menjadi muslim maka, hendaknya orang lain yang tidak sama dengannya juga merasa aman. Kemusliman seseorang tidak boleh memuncul musuh-musuh di luar dirinya yang harus dikalahkan.
Islam mengajak agar setiap orang menjadi rakhmat bagi semua, dan sebaliknya bukan menjadi musuh. Seharusnya, justru dengan menjadi muslim, maka musuh itu akan hilang dengan sendirinya. Begitu seseorang mengaku dirinya sebagai seorang muslim, maka orang lain akan menjadi aman, baik aman dari ucapannya, tangannya, maupun lainnya. Seorang muslim selalu menyerukan keselamatan, kedamaian, kebersamaan, dan keutuhan.
Memang sebagai seorang muslim berkewajiban melakukan dakwah. Akan tetapi sasaran dakwah seharusnya bukan diposisikan sebagai musuh. Tatkala orang lain disebut sebagai musuh, maka yang muncul adalah menang dan atau kalah. Menang dalam berdakwah, ialah manakala sasaran dakwah itu menjadi lebih baik, selamat dan bahkan mulia. Itulah bedanya secara mendasar menang dan atau kalah dalam berkompetisi tentang apapun. Dakwah selalu mengajak agar orang lain menjadi hidup, maju, lebih tenteram, dan bahkan meraih kemenangan.
Akhir-akhir ini orang mengenal istilah Islam radikal. Kelompok ini disinyalisasi ingin menjalankan Islam secara kaffah. Tentu konsep itu adalah tepat dan mulia. Akan tetapi, manakala dengan pandangannya itu menjadikan orang lain terganggu dan bahkan merasa terancam, maka sebenarnya juga kontradiktif dari makna Islam itu sendiri. Islam bukan ajaran yang mengajak siapapun membuat kerusakan. Islam justru menyelamatkan dan membahagiakan. Manakala dengan Islam kemudian orang lain sengsara dan apalagi binasa, maka konsep Islam sebagai rakhmat bagi semua akhirnya menjadi tidak terasakan lagi.
Setiap muslim berkwajiban berdakwah. Akan tetapi, dakwah itu juga seharusnya diarahkan kepada dirinya sendiri. Upaya secara terus menerus agar menjadikan dirinya sebagai muslim yang berkualitas harus dilakukan. Setiap orang selalu berada pada proses menuju kualitas keber-Islamannya. Kualitas itu tidak saja diukur oleh dirinya sendiri, tetapi mesti melibatkan pihak lain, ialah Tuhan dan sesama manusia. Merasa sempurna keber-Islamannya, dan juga kebermanannya, adalah justru keliru.
Keber-Islaman seseorang dirasakan semakin sempurna manakala yang bersangkutan telah menjadikan orang lain aman , selamat dan bahagia. Manakala Islam radikal dipahami seperti itu, maka kehadiran mereka justru menjadi ditunggu-tunggu dan bukan ditakuti. Sebab Islam radikal adalah Islam yang benar-benar menyelamatkan, membuat orang lain merasa aman, dan menjadi bahagia. Sebaliknya, bukan mereka yang membawa bom untuk menghancurkan orang lain. Pembawa bom untuk menghancurkan orang lain sebenarnya justru jauh dari tuntunan Islam. Wallahu a’lam.
0 comments:
Post a Comment
thanks dah koment....