web stats

Thursday 7 June 2012

BELAJAR KEPEMIMPINAN ALA DAHLAN ISKAN


Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan membagi kisah suksesnya sebagai pemimpin. Ya, kisah sukses karena pria penggemar sepatu kets itu memang sukses, tetangga semasa di Tengilis Mejoyo Selatan, yang sejak dulu dari orang biasa, menjadi Penguasa media di Jawa Pos Group yang punya JPNN itu,  pernah menjadi CEO PLN, Rendah Hati dan Tidak "Sok Penting". Sejak dulu hingga sekarang tidak berubah (kata ibu mertua saya) dan hal ini terlihat saat ada acara di sebuah hall besar dalam satu tayangan program Metro TV yang dipandu Sandrina Malakiano. Mereka sedang membahas tentang kepemimpinan, mengambil sari penting dari praktek kepemimpinan Nabi Muhamad SAW. Ada nara sumber lain tetapi fokus perhatian saya (juga mungkin ratusan orang yang hadir di ruangan itu dan jutaan pemirsa di rumah) adalah Dahlan Iskan.
 Tampil dengan baju kemeja putih, celana dari bahan katun dan sepatu kets, Dahlan dengan santai dan santun bertutur tentang apa yang dia buat ketika menjadi pemimpin. “Selama menjadi menteri, saya belum pernah memanggil deputi saya ke ruang kerja saya. Kalau saya butuh, saya akan ke ruangan mereka. O iya, saya juga belum pernah memencet bel di meja saya untuk memanggil bawahan. Kalau berkasnya sudah saya tandatangani, ya saya antar. Hitung-hitung sekalian olahraga,” katanya yang disambut dengan pandangan tidak percaya dari Sandrina Malakiano di sampingnya dan saya yang terperangah terpesona di depan layar televisi.
 Dahlan Iskan sepertinya membuat semua orang terpana bahkan terkagum-kagum dengan menjungkirbalikkan ‘aturan dasar’ dan "fakta" menjadi pemimpin di negeri ini bahkan saya tiba-tiba ingat sebagian besar pemimpin yang pernah saya temui. Bos harus duduk diam dan jika membutuhkan sesuatu tinggal pencet bel, suruh sana-suruh sini sesuka hati, dan bahkan memarahi juga menjelek"kan sang anak buah. 
 Menurut Kang Dahlan, Budaya yang di dalamnya termasuk etos kerja-seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah sesuatu yang harus ditulari dengan syarat yang seorang siap menularkan dan yang lain membuka diri untuk ditulari. Dalam kondisi pemimpin ingin menularkan konsep kerja yang dia inginkan kepada bawahannya, maka harus terjalin interaksi yang baik bukan dalam situasi atasan bawahan seperti yang kita jumpai selama ini, tetapi sebagai dua pihak yang saling membutuhkan. Budaya itu bisa ditulari kalau kita -sumber dan penerima- berada pada level yang sama tanpa sekat jabatan.
 Bahkan ketika menjabat sebagai menteri BUMN, Dahlan Iskan naik kereta api ekonomi tanpa pengawalan, bahkan beliau pun berkeinginan untuk naik ke atas kereta semata-mata untuk merasakan apa yang dirasakan masyarakat yang setiap hari harus berdesakan dan berhimpitan di dalam moda angkutan massal ini.
 Dalam berinteraksi pun, Dahlan Iskan tidak canggung, baik di masyarakat, maupun di kantor.Dia tidak menganggap efektif kampanye lewat poster etos kerja di dinding. Baginya, dia harus mampu menjadi tauladan tidak dalam kotbah atau ceramah tetapi dalam sikap dan perbuatan. Apakah itu efektif? 



by : Oleh Eko Suprayitno pada 6 Februari 2012 pukul 9:27 •

0 comments:

Post a Comment

thanks dah koment....