web stats

Monday 4 June 2012

Mahasiswa Bermental Wirausaha

Mahasiswa yang senantiasa menahbiskan diri sebagai agent of social change tentunya menuntut integritas tinggi bagi mahasiswa sendiri. Tidak dapat dipungkiri, “gelar” tersebut bisa menjadi boomerang manakala mahasiswa tidak bisa membuktikan eksistensinya sebagai orang yang membawa perubahan di kehidupan sosial masyarakat. Ibarat koin yang senantiasa memiliki dua sisi berbeda. Lalu bagaimana mensiasati agar “gelar” tersebut tidak hanya menjadi embel-embel belaka?

Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan membangun mental wirausaha saat menempa pendidikan di bangku Perguruan Tinggi. Penempaan ini sudah menjadi harga mati lantaran jenjang studi Perguruan Tinggi bisa dikatakan klimaks dari pendidakan yang dilaksanakan dua belas tahun sebelumnya. Masa ini adalah transformasi dari pendidikan yang berbasis teoritis lebih menjadi praktis sebagai solusi kehidupan sosial masyarakat. Pada tahap inilah pentingnya penempaan mental kewirausahaan menemukan koherensinya.

Mental kewirausahaan yang selalu mengedepankan integritas, loyalitas, visi misi serta kompetisi sehat tentunya sangat besar peranannya untuk menjadi seorang agent of social change yang diakui masyarakat luas. Berbagai pekerjaan besar yang senantiasa terhambat akan terealisasikan bahkan resolusi-resolusi berbasiskan pembangunan akan terwujud. Bukankah ini idaman kita, sebagai mahasiswa yang berdaya guna?

Untuk memiliki mental wirausaha bukan berarti setiap dari kita mesti wirausaha secara denotatif, lebih-lebih bisa seperti itu karena selain mental wirausaha bisa terbangun juga keuntungan lain dapat diperoleh. Esensi wirausaha itu sendiri yang mutlak menjadi target pencapaian. Mental untuk selalu memiliki integritas, visi misi jelas, serta senantiasa berkompetisi secara sehat bisa ditempa secara mandiri melalui rangkaian pendidikan di Perguruan Tinggi, utamanya tatkala bersosialisasi di lingkungan masyarakat. Memang bukan saatnya lagi mahasiswa mendapat suapan belaka. Pada titik ini, kemandirian lah yang dituntut untuk melempangkan tujuan meraih mental wirausahawan.

Pembangunan ini bisa dimulai dari hal kecil dan sederhana hal mana bisa dilihat pada perilaku mahasiswa di kala ujian. Pada tahap ini sedikit banyak akan tercermin bagaimana mental yang dimiliki oleh seorang mahasiswa. Jika kebiasaannya masih tengok kanan kiri, terapi untuk membangun mental wirausahaan nampaknya butuh dosis yang cukup tinggi. Perilaku ini sangat disayangkan, namun kerapkali masih saja dilakukan oleh sebagian dari kita. (*)

0 comments:

Post a Comment

thanks dah koment....