web stats

Thursday 23 May 2013

ISLAM RADIKAL

OLEH : Prof. Dr. H. Imam Suprayogo

Menjadi  seorang muslim sebenarnya agar hidupnya selamat dan bahagia, baik di dunia maupun  di akherat.  Agar selamat, maka orang harus beriman, beramal shaleh, dan berakhlak  mulia,  sebagaimana hal itu dicontohkan oleh Rasulullah.  Seseorang disebut sebagai beriman manakala meyakini seyakin-yakinnya, bahwa Allah  adalah satu-satunya Tuhan dan Muhammad sebagai utusan-Nya.

Beriman kepada Tuhan dan mengakui kerasulan Muhammad  disebut sebagai seorang mukmin. Namun keimanan itu harus  ditunjukkan berupa perilaku yang kongkrit, misalnya sebagai seorang beriman harus saling mengasihi di antara sesamanya, harus menghormati tamu, menyelamatkan orang lain dari bahaya yang mengancamnya, menolong yang lemah dan sterusnya. Seorang beriman, meyakini adanya Allah dan kerasulan Muhammad tidak justru membuat orang lain sengsara.

Itulah sebabnya,  seorang beriman harus mampu menjadi rakhmat bagi semuanya. Seseorang yang mampu memberi rakhmat adalah orang yang selalu memberi manfaat dan bukan justru sebaliknya.   Rakhmat bagi seluruh alam  artinya adalah selalu memberi   keuntungan  bagi  semuanya, baik muslim maupun  yang belum menjadi muslim. Siapapun  tidak akan terganggu oleh karena keber-Islaman seseorang.

Akan tetapi, konsep ideal itu tidak terlalu mudah diimplementasikan. Tatkala seseorang sudah menjadi muslim, maka kadang jutru merasa,  bahwa orang  yang belum muslim dianggap sebagai orang lain dan bahkan  musuh.  Padahal seharusnya tatkala  seseorang merasa menjadi muslim maka, hendaknya  orang lain yang tidak sama dengannya juga merasa aman.  Kemusliman seseorang  tidak boleh  memuncul musuh-musuh  di luar dirinya yang harus dikalahkan.

Islam mengajak agar setiap orang menjadi rakhmat bagi semua, dan sebaliknya bukan menjadi musuh.  Seharusnya,  justru dengan menjadi muslim, maka musuh itu akan  hilang dengan sendirinya. Begitu seseorang  mengaku dirinya sebagai seorang muslim, maka orang lain akan menjadi aman,  baik aman dari ucapannya, tangannya,  maupun  lainnya. Seorang muslim selalu menyerukan keselamatan, kedamaian, kebersamaan, dan keutuhan.

Memang  sebagai seorang muslim berkewajiban  melakukan dakwah.  Akan tetapi sasaran dakwah  seharusnya bukan diposisikan sebagai musuh.  Tatkala orang lain disebut sebagai musuh, maka yang muncul adalah menang dan atau kalah. Menang dalam berdakwah, ialah manakala sasaran dakwah itu menjadi lebih baik, selamat dan bahkan mulia. Itulah bedanya secara mendasar menang dan atau kalah dalam berkompetisi tentang apapun. Dakwah selalu mengajak agar orang lain menjadi hidup, maju, lebih tenteram,  dan bahkan meraih kemenangan.     

Akhir-akhir ini orang mengenal istilah Islam radikal. Kelompok ini disinyalisasi ingin menjalankan Islam secara kaffah. Tentu konsep itu  adalah tepat  dan mulia. Akan tetapi, manakala dengan  pandangannya itu menjadikan orang lain terganggu dan bahkan merasa terancam, maka sebenarnya juga kontradiktif dari makna Islam itu sendiri. Islam  bukan ajaran yang  mengajak  siapapun  membuat kerusakan. Islam justru menyelamatkan dan membahagiakan. Manakala dengan Islam kemudian orang lain sengsara dan apalagi  binasa, maka konsep Islam sebagai rakhmat bagi semua akhirnya  menjadi tidak terasakan lagi.

Setiap muslim berkwajiban berdakwah.  Akan tetapi, dakwah itu juga seharusnya   diarahkan kepada dirinya sendiri. Upaya secara terus menerus agar menjadikan dirinya  sebagai  muslim yang berkualitas harus dilakukan.  Setiap orang selalu berada pada proses menuju kualitas keber-Islamannya. Kualitas itu tidak  saja diukur oleh dirinya sendiri, tetapi    mesti melibatkan pihak lain, ialah Tuhan dan sesama manusia.  Merasa  sempurna keber-Islamannya,  dan juga kebermanannya, adalah justru  keliru.

Keber-Islaman seseorang dirasakan  semakin sempurna manakala yang bersangkutan telah menjadikan orang lain aman , selamat dan bahagia. Manakala  Islam radikal  dipahami seperti itu, maka  kehadiran mereka justru  menjadi ditunggu-tunggu dan bukan ditakuti. Sebab Islam radikal adalah Islam yang benar-benar menyelamatkan, membuat orang lain  merasa aman,  dan menjadi bahagia. Sebaliknya, bukan  mereka  yang membawa bom  untuk menghancurkan orang lain. Pembawa bom  untuk menghancurkan  orang lain sebenarnya justru jauh dari tuntunan Islam. Wallahu a’lam.

0 comments:

Post a Comment

thanks dah koment....